Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (AKUMANDIRI) Hermawati Setyorinny menyebut, ada pembiaran barang impor masuk tanpa diperhatikan pemerintah hingga berakibat pasar UMKM rusak dan maraknya tren thrifting di Indonesia.
“Pemerintah mestinya turun tangan, beri stimulan-stimulan bagi produksi UMKM. Karena untuk berantas barang impor masuk ini memang banyak pembiaran dari dulu,” katanya kepada Pantau.com, Kamis (16/3/2023).
Sebelumnya, pengamat sosial AB Solissa menyinggung fenomena thrifting ini kembali muncul, terutama di masa pandemi hingga kini menjadi tren baru di kalangan masyarakat.
“Saya kira thrifting adalah sebuah fenomena yang sebenarnya sudah lama terjadi, namun baru di upgrade lagi pada masa-masa pandemi kemarin dan sekarang justru telah menjadi tren baru di kalangan masyarakat kita, terutama anak muda,” ujarnya saat diwawancarai Pantau.com, Rabu (15/3/2023).
AB Solissa menilai, meningkatnya transaksi jual beli thrifting alias barang bekas impor ilegal ini memiliki 2 sisi yang berbeda. daya beli masyarakat yang cenderung menurun, sehingga para pembeli akan mencari pasar yang lebih murah dengan brand impor.
“Di satu sisi, fenomena ini akan sedikit mengganggu pasar UMKM yang butuh dukungan dari pembeli. Namun di sisi lain, daya beli masyarakat kita cenderung menurun, sehingga mereka akan mencari pasar yang lebih murah, tapi masih memiliki brand yang cukup baik,” lanjutnya.
Ia menyebut, jangan hanya bisa menyalahkan pembeli. Pasalnya, daya beli masyarakat yang secara ekonomi tak terlalu mumpuni perlu ada intervensi pemerintah untuk bisa menengahi persoalan ini.
“Karena ini adalah gaya hidup sekaligus memiliki harga yang bisa dijangkau, maka perlu ada pendekatan yang lebih komprehensif dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ini. Terutama upaya menyelamatkan pasar UMKM yang mulai terancam akibat munculnya fenomena ini.” tandasnya.
Sumber: pantau.com